Seperti jenis bunga lain, rosela layak dimanfaatkan sebagai tanaman
hias karena bentuk dan warnanya menarik. Sejatinya bunga ini juga
dimanfaatkan sebagai herba peredam hipertensi.
Dilihat dari
penampilannya, tak salah jika bunga rosela dimasukkan dalam kategori
tanaman hias. Warnanya cerah menyegarkan, pas jika ditanam sebagai
penghias taman. Meski begitu, tanaman yang memiliki nama Latin Hisbiscus
sabdariffa ini juga berkhasiat meredam tumor, antiradang,
antihipertensi, dan memperlancar buang air besar.
Kelopak bunga
rosela bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk seduhan, seperti teh.
Bahkan, kini sudah biasa diolah dalam bentuk sirop, selai, dan minuman
lain. Tanaman herba yang juga dikenal sebagai penghasil serat ini dapat
diolah menjadi campuran salad, puding, juga asinan. Kelopak bunga rosela
mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang
diperlukan tubuh, 18 di antaranya terdapat dalam kelopak bunga rosela,
termasuk arginin dan legnin, yang berperan dalam proses peremajaan sel
tubuh.
Kelopak bunga rosela juga mengandung protein dan kalsium.
Sebagai obat tradisional, rosela berkhasiat sebagai antiseptik,
aprodisiak, diuretik, pelarut, sedatif, dan tonik.
Kaya Antioksidan
Popularitas
rosela inilah yang kemudian mendorong para ilmuwan untuk meneliti
kandungannya lebih lanjut, seorang di antaranya, Ir. Didah Nurfarida
MSi, dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Tahun 2006, Didah mengungkapkan bahwa kandungan antioksidan pada teh
kelopak merah (bunga rosela), jumlahnya 1,7 mmol/prolox, lebih tinggi
dibandingkan dengan kumis kucing, yang sudah teruji klinis dapat
meluruhkan batu ginjal.
Jumlah antioksidan itu diperoleh dengan
menggerus 3 kuntum rosela yang telah dikeringkan, kira-kira sebanyak 1,5
gram. Setelah diberi air 200 ml, lalu dimasukkan ke spektrofotometer.
Alat itu menganalisis seluruh kandungan kimia berdasarkan panjang
gelombang yang dibiaskan larutan.
Dengan keberadaan antioksidan,
sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel dapat dihilangkan. Itu
sebabnya rosela memiliki efek antikanker. Kandungan yang paling berperan
adalah antosianin atau pigmen tumbuhan yang bertanggung jawab
menghindarkan dari kerusakan sel akibat paparan sinar ultraviolet
berlebih.
Di Selandia Baru, John McIntosh, periset dari Institute
of Food Nutrition and Human Health, Massey University, mengekstrak
rosela dengan mengeringkan kelopak bunganya pada suhu 50 derajat Celsius
selama 36 jam. Tiga gram rosela hasil pengeringan diencerkan dalam 300
ml air. Larutan itu dimasukkan ke tabung spektrofotometer. Hasilnya
rosela mengandung 51 persen antosianin, antioksidannya 24 persen.
Hasil
temuan itulah yang kemudian digunakan Yun-Ching Chang dari Institute of
Biochemistry and Biotechnology, Chung Shan Medical University, Taiwan.
Periset itu lalu menguji efektivitas antosianin rosela untuk menghambat
sel kanker darah atau leukemia. Pigmen alami oseile rouge --sebutan
rosela di Perancis-- tak hanya menghambat pertumbuhan sel kanker, tetapi
juga mematikannya. Dosis yang diberikan hanya 0-4 mg/ml rosela.
Antosianin yang berpengaruh diberi nama delphinidin 3-sambubioside.
Beberapa
penelitian dan riset itu baru praklinis di laboratorium. Belum ada
pembuktian efeknya langsung pada manusia. Namun, Tria Novida (35 tahun)
merasakan langsung manfaat rosela untuk menurunkan tekanan darah
tingginya yang sering mengganggu setengah tahun terakhir ini. Ibu dua
anak itu mengaku kerap pusing, mual, dan panas di kepala. Karena
menganggapnya sakit kepala biasa, guru TK ini hanya mengonsumsi
obat-obatan bebas. Namun, lama-kelamaan nyeri kepalanya semakin parah.
Kepalanya terasa berat. Jika sudah begitu, ia tak sanggup berjalan,
apalagi mengajar, karena kehilangan keseimbangan. Saat periksa ke
dokter, ia dinyatakan mengidap hipertensi.
Pada akhir Februari
lalu, saat berkunjung ke sebuah pameran, ia ditawari seduhan teh hangat
berwarna merah. Meski awalnya hanya sebatas mencoba, Ida memutuskan
untuk rutin mengonsumsi teh rosela yang terasa sedikit kecut, tetapi
lebih menyegarkan daripada teh. Setelah mengonsumsi selama satu bulan,
ia merasa lebih tenang karena kekakuan saraf dan ketegangan leher akibat
hipertensi perlahan mulai hilang. Tak hanya itu, tubuh juga lebih bugar
dan nyenyak tidur. Agar lebih yakin, Ida memeriksakan diri ke dokter.
Ternyata tekanan darahnya turun 70 poin, dari 190 mmHg menjadi 120 mmHg.
Turun 11,2 Persen
Khasiat
kelopak zuring, sebutan rosela dalam bahasa Belanda, untuk hipertensi
juga dibuktikan Abd Al-Aziz Sharaf dari Sudan Research Unit, Institute
of African and Asian Studies. Seperti dikutip Planta Medical Journal,
kelopak rosela bersifat hipotensif (antihipertensi) dan antikejang.
Sifat antihipertensi itu diuji klinis oleh M. Haji Faraji dan A.H. Haji
Tarkhani dari Shaheed Beheshti University of Medical Sciences and Health
Services, Teheran, Iran. Sebanyak
54 pasien tekanan darah tinggi
di Tehran's Shariati Hospital dihitung tekanan diastolik dan sistoliknya
15 hari sebelum dan sesudah pengujian.
Pasien diberi secangkir teh
seduhan 3 kuntum bunga rosela. Setelah 12 hari, nilai sistolik pasien
rata-rata turun 11,2 persen, tekanan diastolik turun 10,7 persen. Saat
konsumsi rosela dihentikan 3 hari, tekanan sistolik meningkat 7,9
persen, diastolik 5,6 persen. Itu membuktikan rosela memang berkhasiat
menurunkan tekanan darah tinggi.
Bunga rosela tumbuh dari
biji/benih dengan ketinggian mencapai satu meter lebih serta
mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga rosela berwarna cerah,
kelopak bunga (kaliks) berwarna merah gelap dan lebih tebal jika
dibandingkan dengan bunga raya (sepatu). Bagian bunga rosela yang bisa
diproses menjadi makanan ialah kaliks yang mempunyai rasa masam. Kelopak
bunga ini bisa diproses menjadi minuman, jeli, saus, serbuk (teh), atau
manisan.
Daun muda rosela bisa juga dimakan sebagai ulam atau
salad. Di benua Afrika, biji Rosela dimakan karena dipercaya mengandung
minyak tertentu. Di Sudan, Rosela diproses menjadi karkadeh, minuman
tradisional kebanggaan masyarakatnya.
Bagaimana mengolahnya?
Menurut
Iwan R. Hudaya, konsultan dan pembudi daya bunga rosela yang tinggal di
Pasar Minggu, Jakarta Selatan, rosela lebih sering diolah menjadi
seduhan, seperti teh.
Membuat seduhan
Kelopak bunga yang
sudah dipetik, dijemur di bawah terik matahari (1-2 hari) agar
memudahkan pemisahan lidah kelopak (warna merah) dengan bijinya.
Berikutnya, kelopak yang sudah dipisahkan dengan biji tersebut dicuci
dengan air bersih. Biji yang sudah diangin-anginkan bisa dijadikan
bibit.
Kelopak warna merah dijemur selama 3-5 hari. Gunakan penutup
dari plastik agar kelopak tidak kena debu. Tanda kelopak sudah cukup
kering, kadar air tinggal 4-5 persen, dan akan menjadi bubuk bila
diremas. Simpan dalam stoples yang bersih dan kering, lalu tutup rapat.
Pemakaian:
-
Seduh 2-3 gr teh rosela dengan air mendidih hingga larut dan air
berubah menjadi kemerahan (seperti membuat air teh), tambahkan potongan
jahe atau gula pasir sesuai selera. Untuk yang sedang berdiet, penderita
batuk, atau diabetesi, gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung.
-
Selain dapat diramu sendiri, ekstrak bunga rosela juga sudah bisa
diperoleh dalam bentuk olahan, dari mulai serbuk hingga bahan seduhan
seperti teh celup. Harganya bervariasi, mulai Rp 10 ribu. Produk rosela
yang baik kualitasnya dapat dibeli di toko obat terpercaya dan yang
telah diakui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
sumber : sehatnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar